sumber:http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=7&id=530
Sebuah kota tua di Iran, Isfahan, mampu membuat ketar-ketir masyarakat internasional. Para pengawas nuklir dunia pun mengejang mata dan telinga dua puluh empat jam. Di sebuah sudut kotanya, Pusat Penelitian Nuklir terbesar di Iran, The Nuclear Technology/ Research Center yang membawahi 3.000 ilmuwan Iran berdiam di kota yang terletak tepat di jantung Iran ini.
Namun di balik kontroversi nuklir Iran yang berkepanjangan, Isfahan adalah museum dunia pada masa kejayaan bangsa Persia di masa lalu. Ini adalah kisah sebuah kota separuh dunia.
Isafahan atau Esafahan (pada masa lampau juga ditulis sebagai Ispahan, bahasa Persia kuno Aspadana bahasa Persia Pertengahan Spahan), sebuah kota kosmopolitan di masa keemasan Islam yang kaya akan kemegahan seni budaya Persia Iran. Bahkan seorang Ratu Elizabeth dari Inggris Raya dan para sultan Turki pun takkan mampu menghadirkan kota sedemikian luas dan megah seperti Isfahan. Kota seluas 24 mil dengan lusinan gerbang, lebih dari 160 masjid, 48 madrasah, 1800 terminal persinggahan khalifah serta memiliki lebih dari 270 pemandian umum. Inilah kota yang terkenal karena arsitektur Islamnya; dengan banyak jalan-jalan utama yang lebar, jembatan yang beratap, istana-istana, masjid-masjid dan menaranya.
Isfahan sejak dahulu menjadi tuan rumah berbagai suku bangsa ras Arya, Semit, Turki, Armenia dan Georgia. Kota terbesar ketiga di Iran (setelah Teheran dan Mashhad). Isfahan merupakan sebuah kota yang masuk kategori warisan dunia menurut UNESCO. Sedemikian terkenalnya kota Isfahan, sehingga musisi Jazz Duke Ellington menulis sebuah lagu yang berjudul “Isfahan”.
Isfahan adalah perwujudan dari hasrat terpendam sang pemimpin Persia, Shah Abbas I akan sebauh kota impiannya. Kota ini meraih masa keemasannya sebagai kota dunia dengan kekayaan budaya, arsitektur dan seni yang memukau banyak orang. Kota ini berkembang antara 1050 hingga 1722, khususnya dibawah dinasti Safavid pada abad ke 16, saat menjadi ibu kota Iran atau Persia.
Isfahan dapat disebut sebagai kota dunia. Kehadiran para pedagang Inggris dan Belanda, seniman Eropa dan diplomat yang ingin beraliansi dengan Persia untuk menghadapi bangsa Ottoman, membuat kota ini layaknya kota kosmopolitan. Isfahan pun menjadi kota paling terkenal dan bergengsi saat itu. Hal ini menyebabkan timbulnya tamsil Esfahan nesf-e jahan: “ Isfahan adalah separuh dunia”. Ibarat kata, kota separuh dunia dengan ragam budayanya yang menyatu di dalamnya.
Sebelum Paris menjadi sebuah kota mode dunia, Isfaha telah menjadi pusat perkembangan mode dengan bursa tekstil dan karpet Persia yang tersohor. Para pedagang berbagai bangsa, mulai dari Eropa hingga India dan Cina berdatangan mencari semua hal terbaik yang ada di Isfahan. Tak hanya mereka, para seniman dan artis pun mencari inspirasi di kota ini. Pietro della Valle, seorang cendikia yang romatis dari Romawi, menjadikan Isfahan sebagai obat pelipur lara. Dia kemudian membawa istrinya ke Persia pada 1616 dan menjalin persahabatan dengan Shah Abbas I. Selain itu, Pietro juga mengirimkan surat bersambung kepada temannya di Naples tentang kesan dan pengalaman pribadinya akan kota Isfahan. Kumpulan suratnya diterbitkan pada 1650 berjudul Viaggi yang terdiri dari tujuh volume, sesuai dengan tujuh tahun lamanya dia tinggal di Isfahan.
Profinsi Isfahan tepat ditengah-tengah jantung negeri Iran, di antara Teheran dan Fars. Walaupun daerah gersang, Isfahan didominasi oleh rangkaian penggunungan dengan lembah sunggai Zayanedh Rud yang melintasinya. Pemukiman besar dengan oasis-oasis menjadi sejarah akan rute kuno para khalifah zaman dulu, yang menjadikan Isfahan sebagai tempat untuk beristirahat dari perjalanan panjang. Daerah ini menghubungkan bagian barat laut dan tenggara Iran bagi para pengembara yang ingin melintasi dinginnya pegunungan hingga ke selatan, dari kota shiraz hingga pelabuhan di Teluk Persia.
Mendekati kota Isfahan pemandangan akan padang pasir yang dikelilingi rantai pegungan diganti lembah sunggai Zayanedh Rud, tempat kota bersejarah ini berdiam. Pemandangan kontras akan hamparan batu dan pasir tak berujung tergantikan oasis besar dengan pohon-pohon yang hijau nan rindang. Yang terlihat adalah kubah-kubah bulat yang tertutup oleh kanopi tumbuhan hijau semarak. Juga bangunan-bangunan Islam dengan corak keramik ubin berwarna biru yang terkenal dan jembatan-jembatan kota Isfahan yang bersanding dengan alam panas Iran di sekelilingnya. Pelosok kota Isfahan memiliki jalan-jalan bersimpang dan rumah-rumah dengan dinding yang terbangun dari Lumpur dan atap cokelat. Hampir semua rumah di Isfahan memiliki taman tulip mawar serta deretan pohon zaitun atau poplor.
Jalan utama kotanya sendiri memiliki lebar 66 yards dan tiga per empat mil panjangnya dengan gemericik air yang terbuat dari saluran air yang mengalir dari saluran air yang terbuat dari marmer, berbentuk kolam kecil di setiap pavilion. Ujung jalan utama berahir di sebuah taman kota dimana para khalayak penting istana dan ningrat, para prajurit dan pencinta puisi biasanya berkumpul mendengarkan musik, menonton tari, pembacaan puisi dan menikmati teduhnya riak sunggai Zayanedh.
Namun d ibalik keindahannya, Isfahan banyak menggalami pasang surut akibat invasi banyak bangsa dan situasi politik. Pada periode Seljuk saat kepemimpinan Malekshas Saljooghi, Isfahan adalah ibukota Persia yang sedang membangun pesonanya. Namun invasi bangsa Mongol dan Taymour sepat meredupkan kota ini Isfahan mulai merekah kembali terutama saat periode Safavids. Profil Shah Abbas yang bersahabat, menarik perhatian bangsa Eropa. Apalagi Shah Abbas lebih toleran terhadap kaum Nasrani, sehingga Persia di era Safavids menjadi sekutu utama dalam menghadapi kekaisaran Ottoman Turki.
Pada era Arsacides, Isfahan adalah pusat ibu kota dengan daerah luas yang dipimpin gurbenur Arcasides. Sedang di era Sasananiyah, Isfahan dialami dan dipimpin oleh tujuh keluarga terpandang Iran yang memiliki posisi penting dikerajaan Persia. Lebih lagi kota Isfahan memiliki pusat militer dengan basis pertahanan yang kuat. Kota ini akhirnya diduduki bangsa Arab muslim sebagai tanda kekalahan telak bangsa Persia. Setelah masuk Islam, Isfahan berada dibawah dominasi Bangsa Arab, seperti kota lainya di Iran hingga awal abad ke-4 dibawah pimpinan Khalifah Mansour.
Dinasti Safavids berhasil menyatukan Iran awal abad ke-16 dan mencapai masa keemasannya dibawah kepemimpinan Shah Abbas I The Great (1587-1629). Selanjutnya Shah Abbas I mewujudkan Isfahan sebagai ibukota Persia dengan persiapan matang. Dia berhasil merancang blue print kota dengan mereorganisasikan kota agar saling berhubungan. Termasuk dengan membangun bangunan-bangunan monumental dan taman-taman kota dengan perhitungan yang cermat.
Sebelumnya, perpindahan ibu kota dari Qavsin ke Isfahan, juga bagian dari rencana strategis Shah Abbas untuk mengkonsolidasikan kekuatan politik, ekonomi dan religius Safavids Iran sebagai kekuatan dunia. Isfahan sendiri sudah menjadi ibu kota Iran sejak periode Seljuk dan masih banyak meninggalkan bangunan pada periode tersebut yang masih berdiri di bagian utara Isfahan. Dia juga merelokasi pusat komersial, religius dan politik berada di bagian tenggara sungai Zayanedh. Lokasi ibu kota sebelumnya di Tabris dan Qavsin yang jaraknya terlalu dekat Kekaisaran Ottoman, yang dulu dikhawatirkan menjadi sasaran invasi bangsa lain.
Bangunan monumental bersejarah lainnya adalah Maidan, sebuah kompleks ini merupakan salah satu lapangan terluas dunia. Memiliki luas 500 m x 160 m, Maidan menjadi simbol utama pemerintah dinasti Safavids. Lapangan megah ini dikelilingi tembok memanjang pada keempat sisinya. Masjid –I Shah di selatan, Mesjid Sheikh Lotfallah di timur, istana Ali Qapu di barat dan pintu masuk utama bazaar yang terkenal di bagian utara.
Kompleks ini menjadi perhatian utama para pelancong dunia karena luasnya 8 hektar, jauh lebih luas dibanding kompleks-kompleks plaza yang sudah ada di Eropa saat itu. Banyak yang memuji keindahan arsitektural yang homogen. Dulu, lapangan ini juga dipenuhi oleh tenda-tenda para pedagang, pemahat, pemangkas rambut hingga para seniman dan artis. Dalam sekejap lapangan pun dapat dialihkan untuk keperluan parade militer kerajaan, kontes memanah, pertandingan polo kuda dan festval malam harinya, 50 ribu lampu tembikar digantung di setiap banggunan untuk menyinari lapangan megah Maidan ini.
Maidan juga merupakan lapangan utama kota dan pasar terbesar di Isfahan. Tempatnya dikelilingi kota-kota galeri beratap dua lantai yang memanjang. Lapangan nan luas ini sering digunakan lapangan polo kuda. Para pemain memasukkan bola ke gawang dengan kuda-kuda terbaik mereka yang berhiaskan batu emerald, rubi dan emas. Para penunggang kuda pun diikutkan dalam kontes memanah buah melon ditiang tinggi dengan kecepatan penuh. Tak hanya itu, para pedagang dengan gaya aksi jual beli mereka, pendongeng hingga para pegulat, sibuk menghibur kerumunan orang.
Bangunan bersejarah utama lainya yang terletak dipusat kota adalah Masjid Jumat, bangunan pertama yang didirikan di Isfahan periode Seljuk. Ruangan musim dinginnya diperkirakan dibuat bangsa Timurid, dan menara mesjidnya dibangun oleh suku Black Sheep. Pada1598, Shah Abbas memutuskan untuk memindahkan tempat ini ke lapangan lain imam. Niat ini untuk mengusik para pedagang kaya agar banyak bersedekah.
Selain itu, di tengah kota berdiri istana biru keemasan milik Shah Persia, yaitu Istana Ali Qapu. Dindingnya dihiasi keramik ubin biru kehijauan dan pernik keemasan, prasasti-prasasti besar serta desain geometri dan flora tumbuhan. Istana ini juga menjadi akses masuk taman kerajaan seluas 7 hektar dengan lapangan, tanaman dan pavilion. Di belakang taman terdapat area khusus sang Shah, istrinya dan anggota keluarga.
Jembatan SI-O-she pol merupakan jembatan paling terkenal di Isfahan. Atapnya dengan rangkaian 33 lengkukan penyangga ini dibuat sebagai penghargaan kepada Shah Abbas I dari salah satu jendralnya. Nama Si-o-She Pol sendiri berasal dari bahasa parsi untuk anggka 33. Jembatan ini dibanggun dalam satu rangkaian ponton jembatan besar dan diantaranya terdapat tea house. Bangunannya dikenal juga sebagai jembatan Allahverdi Khan, nama jendral yang bertanggung jawab untuk konstrusi jembatan. Bagian tapak jalan jembatan diapit oleh tembok tinggi pengguna jembatan agar terlindung dari angin kencang dan aman saat berjalan di sisi jembatan dari ramainya lalu lintas. Jembatan ini memiliki panjang 295 meter dan lebar 13,75 m.
Maidan juga menghubungkan akses menuju lokasi perdagangan termasyhur Isfahan yaitu bazaar. Para ahli sejarah yakin bahwa bazaar adalah salah satu pencapaian terpenting yang dimiliki peradaban Persia. Setelah Persia ditaklukan oleh bangsa muslim, bazaar-bazaar menjadi roda perekonomian masyarakat setempat yang tidak lagi dikonotasikan sebagai tempat penuh kecurangan dan ketidakadilan.
Para ahli arkeologi pun menemukan bukti akan kehadiran bazaar di Iran Menurut mereka, lahirnya sebuah kota tidak selalu disebabkan oleh faktor populasi semata. Tapi juga oleh faktor meningkatnya kesejahteraan.
Bazar Isfahan adalah pasar beratap terpanjang di dunia warisan periode Seljuk dan Safavid, sayangnya sedikit penelitian yang membahas keunikan dan pentingnya bazaar pada masyarakat Persia. Pengertian bazaar sendiri pasar atu kumpulan toko-toko dimana aktifitas perdagangan dan pelayanan perjalanan dengan dinamis. Kata bazaar sendiri sebagai bahasa yang mendunia sehingga ke penjuru Eropa dan India hingga Cina lewat hubungan dagang hingga detik ini.
Pintu masuk Bazaar sendiri diapit oleh kubah iwan dan galeri setengah kubah yang terdapat didalamnya naqqara-kana (pavilion musical), tempat orkestra memainkan trompet dan drum setiap hari. Dekorasi gerbang menggambarkan hasrat Shah Abbas untuk mendirikan kota impiannya, yang dihiasi oleh mosaik ubin yang menggambarkan sagitarius, astrologi yang menandakan saat Isfahan ditemukan dengan hiasan bunga.
Gerbang utama mengarah pada lokasi bazaar dua lantai, qaisariya, tempat perdagangan tektil yang menjadi tulang pungung perekonomian Safavids. Pada sisi timur bazaar terdapat tempat cetak uang kerajaan, sementara pada sisi barat terdapat caravanserai kerajaan terbesar dengan dengan 140 kamar. Tempat ini juga menjadikan lokasi perdagangan pakaian dan ruangan kerja para pengrajin perhiasan, tukang besi dan pemahat. Sedangkan pada bagain timur dan utara mengarah pada pemandian dan rumah sakit. Panjang bazaar beratap ini mencapai 2 kilometer dan menghubungkan kompleks Maidan dengan Lapangan Masjid Jumat.
Sejarah kerajaan Persia sendiri banyak mewarnai pergantian kepemimpinan, invasi hingga perang saudara. Namun di saat dinasti Safavids lah, Persia memperoleh pengakuan dunia sebagai bangsa yang besar dan mengagumkan. Dinasti Safavids didirikan oleh Sheikh Safi al-Din dari Ardebil yang dipengaruhi ajaran tasawuf yang berkembang pesat saat itu di Azerbaijan awal abad ke-14. Mula mereka kaum sunni, walaupun dalam catatan dikaburkan sebagai kaum Syiah saat mereka merebut kekuasaan.
Hanya saja periode gemilang ini akhirnya harus berakhir seratus tahun kemudian setelah bangsa Afghanistan menyerbu Isfahan pada abad ke-18. Kejatuhan dinasti Safavidh oleh pasukan Mahmood Afghan melalui penaklukan selama 6 bulan kota Isfahan merupakan periode kelam dan meredupkan kota Isfahan. Apalagi setelah Teheran dipilih sebagai ibu kota Iran pada era Ghajars. Isfahan tidak pernah lagi menjadi kota dunia termashur seperti dulu. Sekarang tinggal para seniman yang masih terus berkarya seperti saat Isfahan masih dianggap kota setengah dunia. (Adz-Dzikraa)
Thursday, December 11, 2008
Kiai Sahal: NU
NU Lemah Dalam Manajerial Ekonomi dan Kaderisasi Generasi Muda
sumber:http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=14&id=848
Semakin memudarnya eksistensi NU salah satunya disebabkan kelemahan NU dalam manajemen ekonomi dan kaderisasi generasi muda. Demikian pendapat Raia Aam PBNU KH Sahal Mahfudz dalam sambutannya pada Konferensi Cabang NU Pati, Ahad 6 Juli 2008 lalu.“Warga NU seharusnya sadar dengan hal ini. Dari dulu kader NU sudah banyak yang mengikuti workshop pelatihan ekonomi, akan tetapi tak banyak yang menerapkan bagi kemajuan NU”, tandas Kiai Sahal.
Menurut Kiai Sahal, apabila warga NU memiliki kegigihan untuk mengelola lembaga keuangan, maka tak akan cepat berkembang dan menuai kesuksesan.
Kiai Sahal mencontohkan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Artha Huda di Kajen, yang pada awalnya merupakan modal pinjaman, akan tetapi sukses karena dikelola dengan sistem manajemen profesional. Selain itu, Kiai Sahal juga mencontohkan banyaknya Baitul Maal wat-Tamwil (BMT) di Rembang yang dikelola warga NU.
Kelemahan NU dalam bidang manajemen ekonomi pun diikuti oleh kelemahan NU dalam kaderisasi generasi mudanya, sehingga banyak generasi muda NU terutama di kota-kota besar yang tertarik kepada kepada partai yang berbeda faham keagamaannya dengan NU, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“NU dan PKS itu sangat jauh berbeda, jadi tak bisa disamakan. Kalau PKS itu cenderung pada aliran Wahabi, NU tidak sama sekali. NU setia pada pengamalan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah,” ujar Kiai Sahal yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut (nuonline).
Subscribe to:
Posts (Atom)